Welcomce to Zona d'Zizta. Enjoy!. Powered by Blogger.

Joinmy Facebook

RSS

Budaya Baru Indonesia: Anarkisme

Masyarakat Indonesia yang dulu terkenal ramah kini telah kehilangan jati dirinya. Kekerasan semakin marak terjadi. Hal tersebut dapat kita lihat dari banyaknya peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat yang tidak “berasa” jika tidak ada bogem-bogemannya. Contohnya saja, ketika saya menyaksikan berita di sebuah stasiun televisi yang menayangkan aksi kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat kepada dua orang remaja yang “diduga” mencuri sepeda motor milik seorang warga lainnya. Remaja itu baru diduga lho, belum menjadi tersangka seutuhnya. Masyarakat yang ada di sana malah langsung menghadiahkan bogem mentah kepada remaja tersebut, padahal jelas-jelas telah ada polisi yang akan menangani masalah itu. Tetapi, masyarakat seperti gelap mata.

Mereka tidak peduli yang mereka maki, pukul, dan tendang dengan otot-otot mereka itu binatang apa manusia. Selanjutnya, berita yang lain juga membuat hati saya miris. Seorang masayarakat yang “diguga” membawa anak SD ke dalam mobilnya juga dihadiahi bogem mentah oleh masyrakat sekitar. Tidah hanya itu, mobil yang dimiliki oleh orang tersebut juga ikut menjadi sasaran beringas masyarakat. Sekali lagi, someone itu baru diduga. Belum jelas apa benar anak yang ia bawa itu anak hasil penculikan atau bisa saja anak tersebut keponakannya. Kalau dipikir-pikir, untuk apa sih sampai merusak mobil segala. Mobil itu benda mati yang tidak tau apa-apa yang jika ia bisa bicara ia akan mengatakan, “aku kan nggak tau apa-apa, kenapa kalian pada menyakiti body aku sih?”

Oh, ya, saya juga pernah beberapa waktu lalu menyaksikan berita yang menayangkan aksi anarkis para warga yang berdemo di sebuah instansi pemerintahan suatu daerah. Bayangkan saja, para “demowan hebat” itu menyerang gedung pemerintahan yang ntah dari mana kesalahannya sehingga harus dihadiahi hujan batu dari demowan tersebut. Mereka melempari batu sehingga kaca-kaca bangunan itu pun pecah berkeping-keping. Tidak hanya itu saja, segerombolan manusia itu pun merusak pagar bangunan dan segala macam yang mereka temukan di sekitar gedung tersebut. Tearful ! Apakah tidak pernah terlintas dipikiran mereka bahwa dengan merusak gedung tersebut tidak akan menyelesaikan masalah. Begitupun dengan pejabat pemerintah yang bekerja di sana. Paling untuk beberapa waktu mereka akan kesulitan dalam bekerja karena gedung itu rusak. Nah, jika dibalikin lagi, mereka bekerja untuk rakyat juga kan? Kalau pekerjaan mereka terhambat, ya rakyat juga yang rugi.

Selain itu, gedung-gedung yang rusak tadi tidak mungkin dibiarkan rusak seperti itu. Tentu akan ada renovasi. Nah, untuk merenovasi gedung tersebut tentunya butuh dana. Nah, dana itu mana? Dari pejabat yang kerja disana? Ya tidak lah. Mereka mana mau. Dana tersebut tentu ujung-ujungnya dari uang rakyat juga. Dari pajak yang mereka “transfer” ke pemerintah tiap bulan atau tiap tahunnya. Dan yang perlu diingat, dalam pembangunan gedung ini pun juga akan menambah uang masuk bagi pejabat yang tidak bertanggung jawab. Mereka akan memanfaatkan situasi untuk berkorupsi ria. Dana untuk renovasi dibanyak-banyakin, tapi untuk membeli bahan renovasi itu sendiri akan diusahain sedikit iprit mungkin. UUD (Ujung-Ujungnya Duit) juga kan buat si pemerintah itu.

Yang ingin saya tanyakan, apa sebegitu jahatkah masyarakat Indonesia saat ini? Apakah persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan telah luntur dikikis zaman? Sehingga semua kembali ke zaman purba yang segalanya dapat diselesaikan dengan otot?

***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

My Fears

Gusar hati ini menanti
Sesosok makhluk Tuhan
yang bersedia menyuguhkan hatinya
untuk kucintai
Betapa besar rasa ini
Namun entah kepada siapa akan kupersembahkan
Waktu berlalu
Terus menunggu
Taki henti berharap
Datanglah...
Temui aku....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS