Welcomce to Zona d'Zizta. Enjoy!. Powered by Blogger.

Joinmy Facebook

RSS

Tahapan – Tahapan Penelitian

Tulisan ini memaparkan tentang tahap-tahap penelitian ilmiah yang sifatnya umum. Di sini akan disajikan uraian mengenai suatu kerangka umum penelitian, yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang peneliti dalam melakukan penelitian. Apa yang disajikan dalam tulisan ini mungkin tidak sama dengan apa yang dipaparkan oleh tulisan lain. Namun penulis berharap tulisan ini dapat memberi tuntunan kepada pembaca dalam melakukan penelitian.
Sumadi Suryabrata menyebutkan bahwa penelitian merupakan suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu[1]. Ada pun tahap-tahap penelitian pada umumnya adalah sebagai berikut:

1.      Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah
Masalah atau permasalahan adalah kesenjangan antara sesuatu yang diharapkan (das sollen) dengan sesuatu kenyataan (das sein)[2]. Begitu juga yang disebut oleh Sumadi, masalah terjadi karena ada perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan[3].
a.       Identifikasi masalah
Hal-hal yang dapat menjadi sumber masalah penelitian, di antaranya sebagai berikut:

·         Bacaan terutama bacaan yang melaporkan hasil penelitian, mudah dijadikan sumber masalah peneltian karena laporan penelitian yang baik tentu akan mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut dengan arah tertentu.

·         Diskusi, seminar, pertemuan ilmiah kegiatan ini juga merupakan sumber masalah penelitian karena pada umumnya dalam pertemuan ilmiah para peserta melihat hal-hal yang dipersoalkannya secara profesonal.  Dengan kemampuan profesional para ilmuan peserta pertemuan melihat, menganalisis, menyimpulkan dan mempersoalkan hal-hal yang dijadikan pokok pembicaraan. Dengan demikian mudah sekali muncul masalah-masalah yang memerlukan penggarapan melalui penelitian.

·         Pernyataan pemegang otoritas pernyataan seorang pemegang otoritas baik dalam pemerintahan maupun dalam bidang ilmu tertentu dapat menjadi sumber masalah. Misalnya pernyataan seorang Menteri Pendidikan Nasional mengenai rendahnya daya serap murid-murid SMA, dapat menjadi sumber penelitian.

·         Pengamatan sepintas seringkali sseseorang menemukan masalah penelitianya dlam sutu perjalanan atau peninjauan. Biasanya ketika sedang menyaksikan hal-hal tertenntu di lapangan, timbullah pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya yang akhirnya terkristalisasikan dalam masalah penelitiannya.

·         Pengalaman pribadi pengalaman pribadi sering pula menjadi sumber bagi penelitian. Misalnya pengalaman pribadi yang berkaitan dengan sejarah perkembangan dan kehidupan pribadi,mungkin pula berkaitan dengan kehidupan profesional.

b.      Pemilihan masalah
Setelah masalah diidentifikasi, belum jaminan bahwa masalah itu layak untuk diteliti. Masalah-masalah tersebut perlu dipilih, mana yang layak diteliti.

c.       Perumusan masalah
Perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat pernyataan-pernyataan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan pemecahannya. Kegiatan ini penting karena hasilnya akan menjadi penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Berikut beberapa cara dalam merumuskan masalah:
  • Masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya;
  • Rumusan itu hendaknya padat dan jelas;
  • Rumusan itu hendaknya memberi petunjuk tentang meungkinnya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.

Menurut garis besarnya, perumusan masalah dapat dibagi menjadi tiga, yaitu perumusan masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Berikut contoh masing perumusan masalah:

a)      Deskriptif    berapa persen tingkat disiplin belajar di fakultas A?
b)      Komparatif   bagaimana perbedaan disiplin belajar mahasiswa di fakultas A dengan mahasiswa difakultas B?
c)       Asosiatif    apakah ada perbedaan antara waskat dengan disiplin belajar?

2.       Penelaahan Kepustakaan
Untuk mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang diperlukan maka peneliti perlu melakukan penelaahan kepustakaan. Secara garis besar, sumber bacaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (a) sumber acuan umum yaitu kepustakaan yang berwujud buku-buku teks, ensiklopedia, monograp, dan sejenisnya. (b) sumber acuan khusus yaitu kepustakaan yang berwujud jurnal, buletin penelitian, tesis, disertasi, dan berbagai bacaan yang memuat laporan hasil penelitian.

3.      Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan atau jawaban sementara terhadap rumusan penelitian yang dikemukakan[4]. Hipotesis yang baik hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut :
a.       Harus menyatakan pertautan dua variabel atau lebih;
b.      Harus jelas, tidak membingungkan, dan dalam bentuk deklaratif (pernyataan);
c.       Harus dapat diuji secara empiris.
Berdasarkan isi dan hubungannya, Mardalis membedakan hipotesis menjadi dua[5], yakni:
  • Hipotesis tentang hubungan, yakni hipotesis yang menyatakan tentang saling-hubungan antara dua variabel atau lebih
  • Hipotesis tentang perbedaan, yakni hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam variabel tertentu pada suatu kelompok yang berbeda.

Jenis-jenis hipotesis
1)      Hipotesis Nol (H0) Hipotesis yang menyatakan bahwa adanya persamaan atau tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau lebih.
Contoh: Tidak ada perbedaan antara Mahasiswa tingkat I dan Mahasiswa tingkat II dalam hal disiplin.

2)      Hipotesis Alternatif (H1) Hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel atau adanya perbedaan di antara variabel.
Contoh: ada perbedaan antara fakultas A  dengan fakultas B dalam dalam hal disiplin belajar.

4.      Identifikasi dan klasifikasi variabel
Variabel merupakan suatu konsep yang sifat-sifatnya sudah diberi nilai dalam bentuk bilangan[6]. Menurut Mayer (dalam R. Kriyantono, 2008:215) suatu variabel adalah konsep tingkat rendah yang acuan-acuannya secara relatif mudah diidentifikasikan dan diobservasi serta mudah diklasifikasi, diurut, dan diukur. Jumlah variabel yang dijadikan objek pengamatan akan ditentukan oleh kecanggihan rancangan penelitian. Semakain sederhana suatu rancangan penelitian maka variabel-variabelnya pun semakin sedikit.
Contohnya dalam hal kedisiplinan fakultas A, peneliti dapat membuat skala dari 1 sampai 3: (1) sangat disiplin, (2) cukup disiplin, (3) tidak disiplin. Artinya nilai diberikan sangat berfariasi. Inilah mengapa disebut variabel.

5.      Pemilihan atau pengembangan alat pengambil data
Agar penelitian memiliki kualitas yang baik, alat pengambila data harus memenuhi dua syarat yaitu (a) realibilitas atau keterandalan, dan (b) validitas atau kesahihan.
a.       Pemilihan alat pengambil data
Keputusan menggunakan alat pengambil data terutama ditentukan oleh variabel yang akan diambil datanya. Pertimbangan selanjutnya adalah pertimbangan dari segi kualitas alat, yaitu dari segi taraf realibilitas dan validitas. Pertimbangan lain dari sudut praktis yakni besar kecilnya biaya, mudah-sulitnya menggunakan alat tersebut, dan sebagainya.
b.      Pengembangan alat pengambil data
Peneliti dalam penelitian ilmu sosial sering kali harus mengembangkan sendiri atau setidak-tidaknya mengadaptasi alat pengambil data yang digunakannya. Jika peneliti mengembangkan sendiri atau mengadaptasi alat pengambil datanya, dia harus melakukan penelitian uji coba untuk memperoleh keyakinan tentang kualitas alat pengambil data tersebut sebelum benar-benar digunakan pada penelitiannya.

6.      Penyusunan rancangan penelitian
Peneliti yang akan memutuskan rancangan apa yang akan dipakai tergantung dari tujuan penelitian, sifat masalah yang akan digarap, dan berbagai alternatif yang digunakan peneliti. Berdasarkan sifat masalahnya, Sumadi Suryabrata menggolongkan rancangan penelitian menjadi sembilan macam[7], yaitu:

  1. Penelitian historis;                                           6) Penelitian eksperimental sungguhan;
  2. Penelitian deskriptif;                                       7) penelitian eksperimental semu;
  3. Penelitian perkembangan;                               8) Penelitian tindakan;
  4. Penelitian korelasional;                                   9) Penelitian kasus dan penelitian  lapangan.
  5. Penelitian kausal komparatif;                             

7.      Penentuan sampel
Tujuan berbagai teknik penentuan sampel ialah untuk mendapatkan sampel yang paling mencerminkan populasinya, atau dapat juga disebut sampel yang representatif[8]. Terdapat empat parameter yang biasa dianggap menentukan representativeness suatu sampel, yakni (a) variabilitas populasi, (b) besar sampel, (c) teknik penentuan sampel, dan (d) kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel.
Dikenal dua jenis teknik sampling, yaitu: (a) sampel probabilitas, yaitu sampel yang ditarik berdasarkan probabilitas di mana setiap unsur populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih, (b) sampel nonprobabilitas, yaitu sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dari periset.

8.      Pengumpulan data
Beberapa teknik pengumpulan yang seribg digunakan adalah sebagai berikut :
a.       Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sesitematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Ada dua indera yang sangat vital dalam melakukan observasi, yakni mata dan telinga. Alat yang digunakan dal observasi antara lain: (1) daftar riwayat kelakuan, (2) catatan berkala, (3) daftar catatan (check list), (4) rating scale yaitu pencatatan gejala menurut tingkatannya, dan (5) alat-alat optik serta elektronik.
b.      Wawancara
Wawancara merupakan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Kegunaan teknik ini antara lain: (1) mendapatkan data di tangan pertama (primer), (2) pelengkap teknik pengumpulan lainnya, dan (3) menguji hasil pengumpulan data lainnya.
c.       Angket
Angket adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang dikirimkan kepada responden baik secara langsung atau tidak langsung (melalui pos atau pelantara). Angket terdiri dari dua jenis yaitu: (1) angket tertutup, yakni angket yang memiliki bentuk pertanyaan : (ya, tidak, pilihan ganda, skala penilaian, dan daftar), dan (2) angket terbuka, yakni angket yang memiliki bentuk pertanyaan: jawaban singkat atau uraian singkat (bentuk isian).
d.      Dokumentasi
Teknik ini merupakan pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Keuntungan menggunakan teknik adalah biaya relatif murah, waktu dan tenaga lebih efisien. Sedangkan kelemahannya adalah dokumen cenderung sudah lama, dan jika ada yang salah cetak, peneliti juga ikut salah.
e.       Fokus Group Discution (FGD)
Metode pengumpulan data untuk memahami sikap dan perilaku khalayak. Biasanya terdiridari 6-12 orang yang secara bersamaan dikumpulkan, diwawancara dengan dipandu oleh seorang moderator.  Diskusi dalam FGD ini merupakan diskusi yang tidak tersruktur.

9.      Pengolahan dan analisis data
Dalam subbab ini diuraikan teknik analisis data beserta alasannya mengapa teknik itu yang dipakai. Disini periset menganalisis data yang berhasil dikumpulkannya. Periset harus menyampaikan metode analisisnya, alat analisisnya, dan bagaimana proses menganalisisnya. Maleong (dalam Rahmat Kriyantono, 2008:242) mendefinisikan analisis data sebagai proses mengkoordinasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan oleh data. 

10.  Interpretasi hasil analisis
Pada bagian ini periset menginterpretasi hasil analisis datanya. Periset mendiskusikan hasil analisis data, melalui interpretasi terhadap hasil analisis data dengan menggunakan kerangka pemikiran atau teori yang semula telah ditetapkan.

11.  Penyusunan laporan penelitian
Laporan penelitian harus disusun dan ditulis menurut tatatulis penulisan ilmiah yang lazim.salah satu hal yang penting  dalam penulisan laporan penelitian adalah format atau sistematikanya. Secara garis besar, sistematika penulisan laporan penelitian adalah sebagai berikut:
A.    Bagian Awal, berisi:
1.      Halaman judul
2.      Halaman pendahuluan
3.      Halaman daftar isi
4.      Halaman daftar tabel (jika ada)
5.      Halaman daftar gambar (jika ada)
6.      Halaman daftar lampiran (jika ada)

B.     Bagian inti, berisi:
1.      Latar belakang masalah
2.      Tujuan penelitian
3.      Penelaahan kepustakaan, termasuk perumusan hipotesis
4.      Hipotesis (jika belum dicakup pada pasal sebelumya)
5.      Metodologi
6.      Hasil
7.      Interpretasi/diskusi/kesimpulan, dan saran-saran

C.     Bagian akhir, berisi:
1.      Daftar pustaka
2.      Lampiran-lampiran (jika ada)


Kesimpulan
1.      Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah
a.       Identifikasi bersumber pada:
·         Bacaan
·         Pertemuan ilmiah
·         Pernyataan pemegang otoritas
·         Pengamatan sepintas
·         Pengalaman pribadi
·         Perasaan intuitif
b.      Pemilihan masalah dilakukan atas dasar pertimbangan-pertimbangan:
1)      Dari arah masalahnya:
·         Pengembangan teori
·         Pemecahan masalah praktis
2)      Dari arah peneliti
Penelitian itu harus managable
c.       Perumusan masalah
1)      Dalam bentuk kalimat tanya
2)      Padat dan jelas
3)      Memberikan petunjuki tentang mungkinnya menjawab masalah itu secara empiris
2.      Penelaahan kepustakaan
Penelaahan kepustakaan perlu dilakukan guna menegakkan landasan teoritis penelitian yang akan dilakukan. Secara garis besar, sumber bacaan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a.       Acuan umum, terutama terdapat pada buku-buku teks
b.      Acuan khusus, yang berupa laporan hasil penelitian yang terutama terdapat dalam jurnal profesional
3.      Perumusan hipotsis
Hipotesis hendaklah:
a.       Menyatakan pertautan dua variabel atau lebih
b.      Dinyatakan dalam kalimat deklaratif
c.       Dirumuskan secara jelas dan padat
d.      Dapat diuji
4.      Identifikasi &  klasifikasi variabel
a.       Identifikasi variabel
Peneliti harus dapat mengidentifikasi variabel-variabel apa yang terlihat dalam penelitian yang dilakukannya
b.      Klasifikasi variabel
Variabel-variabel yang telah diidentifikasi itu perlu diklasifikasikan sesuai dengan peranannya dalam penelitian tersebut. 
5.      Pemilihan atau pengembangan alat pengambilan data. Peneliti mungkin menggunakan alat pengambil data yang telah tinggal pakai,atau mungkin juga mengembangkan alat pengambil data sendiri. Baik alat itu telah tinggal pakai, maupun harus dikembangkan sendiri, alat itu harus memiliki realibilitas dan validitas yang memadai.
6.      Pemilihan rancangan penelitian
Rancangan penelitian mana yang akan dipilih, ditentukan oleh variabel-variabel penelitian serta hipotesis yang akan dijuji.
7.      Penentuan sampel
Tujuan berbagai pertimbangan dalam menentukan sampel adalah agar diperoleh sampel yang representatif bagi populasinya. Dalam hal ini ada empat parameter yang berpengaruh, yakni: Variabilitas populasi, Besar sampel, Teknik penentuan sampel, Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel
8.      Pengumpulan data
Prosedur pengambilan data berpengaruh terhadap kualitas data. Oleh karena itu harus diikuti secara tertib.
9.      Pengolahan dan analisis data
Untuk pengolahan dan analisis data telah dikembangkan teknik-teknik atau prosedur-prosedur tertentu  yang masing-masing pada umumnya mensyarakan hal-hal tertentu.
10.  Interpretasi hasil analisis
Kecendikiaan seseorang peneliti tampak pada bagaimana ia menginterpretasil hasil penelitiannya.
11.  Penyusunan laporan
Pada umumnya masing-masing disiplin menentukan format laporan itu.


Referensi
Husaini & Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial, Bumi Aksara, Jakarta : 2001
Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Predana Media Group, Jakarta : 2008
Mardalis, Metode Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta : 2009
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Rajawali Pers, Jakarta : 2009


[1]Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hlm. 11.
[2]Husaini & Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm 16.
[3]Sumadi Suryabrata, ibid., hlm. 12.
[4]Husaini & Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm 38.
[5] Mardalis, Metode Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm 50.
[6]Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Predana Media Group, 2008), hlm. 20.
[7] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hlm. 72.
[8]Ibid, hlm. 37

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ilmu Pengetahuan dan Cara Bekerjanya

Ilmu Pengetahuan

Manusia sebenarnya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang sadar. Kesadaran manusia itu dapat disimpulkan dari kemampuannya untuk berfikir, berkehendak, dan merasa. Dengan pikirannya manusia mendapatkan (ilmu) pengetahuan, dengan kehendaknya manusia mengarahkan perilakunya, dan dengan perasaannya dapat mencapai kesenangan.

Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi antara lain disebabkan oleh fitrah manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa ingin tahu, mencari dan berpihak kepada kebenaran. Di samping itu, manusia juga memiliki sifat hanif (akal budi) yaitu keinginan tidak terbatas untuk menggapai yang terbaik dalam kehidupannya (Imam Suprayogo & Tobroni, 2003 : 3)

Segala tuntutan yang terdapat dalam diri manusia tersebut dapat terpenuhi apabila manusia memperoleh pengetahuan secara sistematis. Tapi, inilah kelebihan manusia. Kemampuan yang mereka miliki membuat mereka dapat memperoleh ilmu pengetahuan tersebut. Namun, apakah ilmu pengetahuan itu? Persoalan ini mungkin dapat diselesaikan dengan terlebih dahulu berusaha merumuskan apakah yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan (science).

Secara singkat ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin mengetahuinya (Soerjono Soekanto, 2006 : 5).

Jadi berdasarkan pemaparan di atas, Soerjono Soekanto membagi ilmu pengetahuan ke dalam unsur-unsur pokok, yakni :
a. pengetahuan (knowledge);
b. tersusun secara sistematis;
c. menggunakan pemikiran;
d. dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum (objektif)

Menurut William F. Ogburn & Meyer F. Nimkoff (dalam Soejono Soekanto, 2006: 6) pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), tahayul (superstitions), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformations).

Dalam hal ini saya akan mengambil contoh pada masyarakat Sasak yang ada di Pulau Lombok. Di sana terdapat upacara adat yang disebut Upacara Rebo. Upacara ini dimaksudkan untuk menolak bala (bencana/penyakit), dilaksanakan setiap tahun sekali tepat pada hari Rabu, minggu terakhir bulan Safar. Menurut kepercayaan masyarakat Sasak bahwa pada hari Rebo Bontong adalah merupakan puncak terjadi bala (bencana/penyakit), sehingga sampai sekarang masih dipercaya untuk memulai suatu pekerjaan tidak diawali pada hari Rebo Bontong. 

Contoh lain adalah adanya anggapan bahwa tidak boleh menggunting kuku pada malam hari, atau adanya anggapan bahwa orang berkepala besar memiliki tingkat kepandaian yang melebihi orang yang memiliki kepala berukuran normal (standar). Kepercayaan-kepercayaan tersebut yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya akan menimnbulkan ketidak pastian, sedangkan ilmu pengetahuan bertujuan untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka seebagai akibat dari ketidakpastian tersebut. 

Ilmu pengetahuan berbersifat tepat, metodis, akademis, logis, dan praktis. Kemudahan yang diberikan ilmu pengetahuan kepada kita berupa pemahaman yang jelas dan melihat segala sesuatu secara jeli, membuat kita merasa bahwa alat itu sangat nyata, sukar, dan pasti. Tujuan ilmu pengetahuan untuk lebih mengetahui dan mendalami segala segi kehidupan. Ilmu pengetahuan timbul karena adanya rasa ingin tahu dari manusia. Rasa ingin tahu tadi timbul karena banyaknya hal-hal yang masih “gelap’’ bagi manusia dan manusia ingin memperoleh “keterangan” dari “kegelapan” tersebut. 

Menutur Soerjono Soekanto (2006 : 9) ilmu pengetahuan berkembang pada taraf yang tinggi, apabila :
a. metode percobaan dan kesalahan;
b. mempelajari atau menggunakan efek dari metode pertama terhadap situasi yang biasa dihadapi;
c. persepsi dan infestigasi visual terhadap alternatif aksi potensial;
d. mempelajari dengan pengamatan, didasarkan pada pengamatan terhadap usaha dan hasil aksi pihak-pihak lain;
e. imitasi, pengamatan dan peniruan terhadap perilaku pihak-pihak lain;
f. instruksi verbal dan penerimaan informasi verbal dari pihak-pihak lain;
g. pemikiran dan konfrontasi simbolis dari perilaku potensi dengan model realitas yang diadopsi
h. pengambilan keputusan secara kolektif atas dasar pengamatan terhadap kenyataan yang dilakukan oleh orang banyak dalam kondisi-kondisi yang sama.

Menurut Sumadi Suryabrata (2009 : 3) Ada dua pendekatan yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, yaitu pendekatan ilmiah dan pendekatan non ilmiah 

a. Pendekatan ilmiah
Pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan ilmiah diperoleh melalui penelitian ilmiah dan dibangun di atas teori tertentu. Teori itu berkembang melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang sistematik dan terkontrol berdasarkan data empiris.

b. Pendekatan non ilmiah
Ada beberapa pendekata non ilmiah yang banyak digunakan yakni, akal sehat, prasangka, intuisi, penemuan kebetulan dan coba-coba, serta pendapat otoritas ilmiah dan pikiran kritis.

Selain itu, ada dua pandangan terhadap ilmu pengetahuan, yakni pandangan statis dan pandangan dinamis (Jhon Ziman dalam C.A Qadir, 1995 : 38). Pandangan statis terhadap ilmu pengetahuan menempatkan rangkaian prinsip, dalil, dan teori yang saling berkaitan itu bersamaan dengan sekali informasi yang teratur. Sedangkan pandangan dinamis terhadap ilmu pengetahuan menganggap ilmu pengetahuan sebagai kegiatan.

Berdasarkan ulasan di atas, mengapa manusia perlu menuntut ilmu? Ilmu pengetahuan bertujuan agar manusia lebih mengetahui dan mendalami segala segi kehidupan ini. Dengan ilmu pengetahuan manusia dapat membedakan baik dan buruknya suatu keadaan, dengan ilmu pengetahuan manusia bisa meramalkan apa yang akan terjadi dikemudian hari. Tentu saja, jika manusia dapat memanfaat ilmu pengetahuan mereka dengan baik, kehidupan mereka pun dapat mereka jalani dengan baik.

Cara Kerja Ilmu Pengetahuan
Manusia dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Dengan rasa ingin tahu tersebut, lantas mereka mencari dan memperoleh pengetahuan. Menurut Ahmat Tafsir (2005 : 16) terdapat tiga macam pengetahuan manusia, yakni pengetahuan sains (scientific knowledge), pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik.
Saya akan mencoba menguraikan tiga macam pengetahuan tersebut. Seseorang ingin mengetahui jika durian ditanam, apa buahnya. Ia lalu menanam biji durian. Ia dapat melihat buahnya ada durian. Jadi, tahulah ia bahwa durian berbuah durian. Pada dasarnya pengetahuan inilah yang disebut pengetahuan sains (scientific knowledge). Memang tidak sesederhana itu, namun pada dasarnya pengetahuan sains adalah pengetahuan logis yang didasari pada bukti empiris (nyata).

Lalu ada yang memikirkan bahwa durian selalu berbuah durian karena ada yang mengaturnya. Ketentuan itu memang tidak kelihatan, tidak empiris, tetapi akal mengatakan hukum itu ada. Ini disebut dengan pengetahuan filsafat. Kebenarannya hanya dipertangung jawabkan secara logis, tidak secara empiris.

Ada juga segelintir orang yang masih ingin tahu siapa Tuhan itu. Atau ingin melihat hal-hal gaib. Bagian ini tidak dapatlagi dijangkau dengan akal sehat. Bagian ini mungkinmasih bisa dijangkau dengan menggunakan rasa. Ahmad Tafsir (2005 : 17) menyebutnya sebagai pengetahuan mistik, yaitu sejenis pengetahuan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, tidak juga logis. Namun, untuk pengetahuan mistik ini, masih banyak para pakar tidak setuju memasukkannya ke dalam kategori pengetahuan karena tidak bisa diuji secara empiris dan logis, dan pengetahuan ini lebih bersifat subjektif.
Segala kegiatan manusia akan lebih mudah dilakukan apabila mereka memperoleh ilmu pengetahuan sesuai dengan bidang yang mereka geluti. Berbagai bidang dalam kehidupan manusia tentu memiliki landasan pengetahuan yang bebeda. Baik dalam bidang agama, politik, seni, pertanian, peternakan, dan segala aspek yang menunjang kehidupan manusia. Kesemuanya memiliki bidang ilmu pengetahuan yang berbeda-beda.

Secara umum dan konvensional dikenal adanya empat kelompok ilmu pengetahuan, yaitu:
a. ilmu matematika
b. ilmu pengetahuan alam, yaitu kelompok ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam baik yang hayati (life sciences) maupun yang tidak hayati (fisika)
c. ilmu tentang perilaku (behavioral sciences) yang disatu pihak penyoroti perilaku hewan, dan di lain pihak menyoroti perilaku manusia, yang terakhir ini sering sekali dinamakan ilmu-ilmu sosial yang mencakup berbagai ilmu pengetahuan yang masing-masing menyoroti suatu bidang dalam kehidupan masyarakat.
d. Ilmu pengetahuan kerohanian, yang merupakan kelompok ilmu pengetahuan yang mempelajari perwujudan spiritual kehidupan bersama manusia.

Dengan adanya kelompok ilmu pengetahuan inilah manusia dapat menggunakan ilmu tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka. Tentu saja dengan cara kerja yang berbeda. Contohnya dalam ilmu alam, kedokteran misalnya. Seorang calon dokter jantung yang ingin meneliti tentang penyakit jantung tentu harus mengetahui lebih jauh tentang seluk beluk jantung manusia. Ia harus faham bagaimana meneliti jantung, bagaimana organ-organnya, apa saja alat-alat yang digunakan, dan tentu saja ada istilah-istilah khusus yang biasa digunakan dalam meneliti jantung yang harus dimengerti oleh calon dokter tersebut. Kesemua ini tentu dipelajari dengan menggunakan metode khusus yang berkaitan dengan pengetahuan tentang jantung.

Berbeda halnya dengan seorang mahasiswa jurnalistik yang ingin mengamati tentang Head Line sebuah koran lokal yang ada di kotanya. Jurnalistik tersmasuk ke dalam ilmu sosial. Nah, dalam hal ini tentu saja mahasiswa tersbebut menggunakan metode-metode yang sesuai dengan ilmu tersebut. Ia tentu harus sering mengamati head line surat kabar dalam beberapa hari. Ia harus mengetahui bagaimana bahasa jurnalistik yang baik dan benar, bagaiamana penulisan head line yang baik dalam sebuah surat kabar, mengetahui kode etik jurnalistik dengan baik, dan masih banyak lagi. Dari kedua bidang ilmu tersebut sudah dapat kita amati bahwa masing-masing memiliki cara kerja yang berbeda.

Di saat manusia memiliki pengetahuan, mereka dapat merangsang pola pikir mereka menjadi lebih kreatif dan kritis, tentunya mereka dapat membuat pembaruan (inovasi) yang dapat membawa mereka ke kehidupan yang lebih baik. Namun, perlu diingat, tidak semua pengetahuan merupakan ilmu. Hanya pengetahuan yang tersusun secara sistematis saja yang merupakan ilmu pengetahuan. Dengan adanya sistematika tersebut akan jelas tergambar garis besar ilmu pengetahuan yang bersangkutan.

Daftar Pustaka
Qasirm C.A, Ilmu Pengetahuan dan Metodenya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta : 1995

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakrata : 2006

Suprayogo, Imam & Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Remaja Rosdakarya. Bandung : 2003

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Rajawali Pers, Jakarta : 2009 

Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum, Akal & Hati Sejak Thalas sampai Capra Ed. Revisi, Remaja Rosda Karya, Bandung : 2005

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS