Welcomce to Zona d'Zizta. Enjoy!. Powered by Blogger.

Joinmy Facebook

RSS

Yukk.. Buat Masker Bengkuang

Warna kulit setiap orang tidak selalu sama, hal ini disebabkan beberapa faktor yang menentukan warna kulit. Kulit wajah adalah hal paling merepotkan bagi tiap wanita. Siapa yang ingin mempunyai kulit wajah yang hitam, bahkan belang? Kulit yang halus kini sudah menjadi kebutuhan banyak orang. Karena itu, banyak produk perawatan kulit ditawarkan. Tak hanya memutihkan kulit atau menjaga kelembabannya saja, tapi juga untuk menjaga agar kulit tetap semulus bayi.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua produk-produk perawatan kecantikan yang ditawarkan di pasaran baik untuk kulit wajah. Sadar akan hal itu, saat ini telah banyak dikembangkan perawatan wajah dengan menggunakan bahan-bahan alami dari tumbuhan dan buah-buahan. Bahan-bahan alami ini bisa membantu memelihara kulit. Tidak hanya menghaluskan, tetapi juga menyehatkan karena efek samping yang dihasilkan SANGAT sedikit bahkan tidak ada. Oleh karena itu, saya akan memberikan tips merawat kulit wajah dengan menggunakan bahan-bahan alami, salah satunya dari bengkuang yang dapat diolah menjadi masker.

Dari dulu bengkuang memang diakui khasiat dan manfaatnya. Sayuran dari jenis umbi-umbian ini dapat memutihkan dan menghilangkan tanda hitam dan pigmentasi di kulit. Selain harganya yang murah, membuat masker dari bengkuang pun tidak serumit yang dibayangkan. Berikut cara membuat masker bengkuang:

1. Sediakan sebuah bengkuang. Kamu dapat membelinya di pasar-pasar tradisional. (berdasarkan pengalaman, harga 1Kg bengkuang berkisar Rp. 3500,-)

satu bengkuang di samping dapat kamu gunakan setengahnya.



2. Sediakan parutan dan sebuah piring

3. Kupas kulit bengkuang dan cuci dengan air bersih hingga bersih

4. Haluskan bengkuang. Kamu bisa menghaluskannya dengan parutan dan parutlah bengkuang tadi di atas piring. (parutan dan piringnya yang bersih ya)

5. Masker bengkuang siap digunakan.

6. Nah, untuk menggunakan masker ini, kamu bisa melakukannya dengan posisi telentang/tiduran.

7. Pertama-tama kamu bisa menngoleskan masker ini pada bagian kening, lalu hidung, dagu, dan kedua pipi.

8. Setelah masker dioleskan keseluruh wajah, tunggulah maker ini hingga agak kering, kira-kira setengah jam atau lebih, tergantung kamu saja :D

9. Setelah itu, buka masker tadi dari wajah kamu, setelah terbuka tunggu sekitar lima menit.

10. Cuci wajahmu dengan air hangat dan setelah beberapa saat cuci wajah kamu dengan air biasa.

NB: kamu bisa menggunakan masker ini sekali seminggu

NNB: Kalo kamu rutin menggunakan masker ini, kulit wajah kamu akan halus, bebas jerawat, dann.... Selamat Datang Cantik :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kontrofersi Rumah Aspirasi

Komunikasi yang efektif dan efisien antara pemerintah dengan rakyatnya memang sangat dibutuhkan, terlebih bagi negara Demokrasi seperti Indonesia. Tidak dapat dipungkiri, wilayah yang luas, jarak yang jauh antara ibu kota dengan daerah-daerah kecil, ribuan rakyat plus dengan keanekaragamannya, menjadi faktor penghambat kontak dan komunikasi ini. Padahal untuk mencapai masyarakat madani, pemerintah sebagai tulang punggung negara selayaknya mengetahui bagaimana kondisi rakyat mereka dari segala penjuru Indonesia.

Masih ingat nggak, akhir-akhir ini pemerintah berencana untuk membangun rumah aspirasi di daerah-daerah dengan alasan untuk mempermudah masyarakat dalam menyampaikan aspirsi mereka. Namun, rencana tersebut ternyata tidak dapat diterima begitu saja oleh semua pihak. Menurut kabarnya nih, rumah aspirasi yang akan dibangun di satu daerah saja anggarannya mencapai 200 juta rupiah dan jika dana pembangunan di daerah-daerah tersebut diakumulasikan, dana keseluruhan bisa mencapai triliunan rupiah. Tentu saja rencana ini menimbulkan kritik pedas! Banyangkan saja, ditengah gejolak ekonomi yang sulit, pemerintah lagi-lagi harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk membangun rumah yang menuai kontrofersi ini. Saya sangat setuju dengan apa yang dikatakan oleh RS, salah seorang anggota DPR RI dari fraksi salah satu Parpol yang menolak secara tegas akan adanya rumah aspirasi.

Huh... pemerintah ini maunya apa sih? Coba deh dilihat kembali tugas dan fungsi dari struktur-struktur politik yang ada di Indonesia. Contohnya saja dari infrasrtuktur politik, seperti Partai Politik, LSM, dan sebagainya, bukankah mereka juga berfungsi untuk menampung aspirasi masyarakat? Media masa, bukankah kelompok ini juga berfungsi sebagai conector antara rakyat dengan pemerintah? Yang menyalurkan informasi baik dari pemerintah ke rakyat atau dari rakyat ke pemerintah? Ditinjau dari segi suprastruktur politik, DPRD dan DPD misalnya, bukankah mereka juga bertugas untuk menampung aspirasi masyarakat? Lalu, mengapa pemerintah musti menghabiskan uang untuk membangun rumah aspirasi?

Hmm... rumah aspirasi, katanya rumah ini akan sangat berfungsi bagi masyarakat yang ingin menyampaikan keluh kesah mereka terkait dengan sistem pemerintahan. Bagi masyarakat yang memiliki unek-unek terhadap pemerintah, monggo mengunjungi rumah aspirasi di dearah mereka masing-masing. Jadi, mereka tidak perlu pergi ke DPR pusat yang ada di Jakarta sana yang imbasnya toh akan menghabiskan uang mereka sendiri, yang namanya ongkos, yang namanya penginapan, dan lain-lain.


Jika dilihat sih hal tersebut masuk akal. Namun, apakah mendirikan rumah aspirasi untuk menyalurkan aspirasi rakyat adalah jalan satu-satunya? Ah...saya pribadi nggak setuju!. Masalahnya sekarang keadaan ekonomi kita tuh sedang susah, mengapa mesti di bangun pula rumah aspirasi. Apakah tidak terfikir, beli lahannya, beli bahan bangunannya, beli perabotannya, dan perlengkapan yang lainnya. Belum lagi gaji petugasnya, berapa banyak pula uang rakyat yang harus dikeruk tiap bulan? Mending uangnya dipake buat bayar utang-utang negara. Atau untuk dana kesejahteraan masyarakat. Lebih guna toh?

Lagian mengapa tidak dioptimalkan saja tugas dari DPRD, DPD, Partai Politik, LSM, atau media masa? Saya rasa itu lebih efektif dan menghemat dana. Lha wong memang itu kok tugas meraka. Ugh... andai saja Saya menjabat sebagai ketua DPR, Saya masih sanggup kok menjalankan tugas itu. Saya bakalan tolak mentah-mentah rencana pemerintah untuk membangun rumah aspirasi. Saya akan kerahkan anggota-anggota Saya untuk memberikan pelayanan yang terbaik buat warga. Yeah... dari pada membangun yang belum pasti ke depannya bagaimana, mending optimalkan yang sudah ada. Pemerintah oh pemerintah, jangan hanya mengambil jalan pintas. Apalagi dibalik itu semua tersembunyi niat-niat buruk para elit politik yang ujung-ujungnya hanya akan memperkaya diri sendiri. Yah, lagi-lagi rakyat juga yang jadi korban. Yang kaya mikin raya, yang fakir makin miskin. Hikz....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Taraweh VS Mercun

Mau cerita sedikit tentang pengalaman saya ketika sholat taraweh di salah satu mesjid yang tidak jauh dari rumah saya. Sebelumnya, mari kita mengingat-ingat ketetapan yang dicanangkan oleh pemerintah pada ramadhan 1430 H silam. Saya masih ingat ketika pemerintah mengumumkan bahwa masyarakat tidak boleh menggunakan mercun dan sejenisnya ketika bulan Ramadhan datang. Bagi yang tertangkap sedang menggunakan atau memperjualbelikan mercun dan sejenisnya, maka ia akan dikenakan sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku.

Namun, sangat disayangkan, ketetapan tersebut untuk Ramadhan tahun ini tinggal ketetapan. Saya dan mungkin kamu yang baca tulisan ini masih dapat melihat para pedagang dengan merdeka menjajankan mercun di pinggir jalan. Anak-anak, remaja, bahkan untuk warga yang telah tergolong dewasa pun masih dengan bebas membakar mercun yang bunyinya sangat memekakkan telinga. Apakah pemerintah tidak melihat hal ini?

Jika mereka membakar mercun di jam-jam yang tepat (sebernarnya tidak ada jam yang tepat untuk membakar “anak bom” ini) masyarakat tentunya tidak akan komplain. Tetapi masalahnya, mereka membakar mercun di jam-jam istirahat bahkan ketika orang-orang sedang melaksanakan sholat taraweh. Tentu saja tidak sedikit masyarakat yang mengutuk aksi tersebut.

Kembali ke cerita saya tadi. Ketika saya melaksanakan sholat taraweh di salah satu mesjid di dekat rumah, suasana yang saya dapat sangat jauh dari khusuk, yang ada hanya kebisingan, keributan, dan hingar bingar baik dari anak-anak setempat maupun dari dentuman mercun yang saling sahut menyahut memekakkan gendang telinga. Sholat yang saya harapkan dapat berjalan dengan lancar, ya harus saya terima apa adanya dengan keadaan sekitar mesjid yang seperti itu.

Memang kita tidak dapat seutuhnya menyalahkan para penjual mercun tersebut, karena memang cari uang itu nggak semudah membalikkan telapak tangan. Udah untung mereka mau kerja jualan mercun, dari pada ngemis-ngemis, itu malah lebih hina. Ya nggak? TAPI, kalo ngomongin masalah cari uang ya, cari rezeki yang halal itu memang hak setiap warga negara, tetapi kalo yang dijual itu sudah mengganggu ketenangan umum apakah pekerjaan seperti itu masih layak untuk dipertahankan? Seharusnya pemerintah harus benar-benar bertindak tegas dalam hal ini. Saya rasa penjual mercun yang ditertibkan oleh pemerintah hanya di sekitaran pusat kota saja. Tetapi tidak dengan daerah yang jauh dari pusat kota. Begitupun dengan penggunanya.

Ok, mungkin pemerintah tidak bisa menghandle seluruh kegiatan warga di bulan Ramadhan, namun bagaimana dengan aparatur negara lainnya? Seperti RT atau RW? Mereka juga punya kewajiban untuk menertibkan warganya. Namun, yang saya lihat mereka hanya memperingatkan pengguna mercun lewat kata-kata. Saya pernah mendengar, lewat microphon masjid mereka bilang seperti ini, ‘’Bagi anak-anak yang main mercun, kalau kalian ditangkap polisi kami tidak tanggung jawab”. Ckckck.... apakah cukup dengan kata-kata seperti itu? Mereka hanya bicara saja, tidak ada aksi berarti yang mereka lakukan. Kalo seperti itu sama saja mereka bicara dengan orang tuli, yang udah ditulikan dengan bunyi mercun itu.

Bulan ramadhan yang seharusnya masyarakat dapat beribadah dengan khusuk, memohon dan meminta kepada sang Pencipta, namun sayangnya mereka terus dan terus dibuyarkan oleh ‘’bom’’ buatan orang yang tidak bertanggung jawab!

Allahu’alam bin syawab.....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS